Startup Berguguran, Menteri Jokowi Langsung Bilang Begini

3 days ago 2
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyoroti startup atau perusahaan rintisan yang berguguran. Teten menilai perusahaan startup sangat dinamis.

Apalagi banyak perusahaan startup dalam negeri yang memasuki fase early stage atau fase di mana startup masih di tahap awal pendirian.

Pada fase tersebut, Teten berpendapat diperlukan pendampingan atau inkubasi untuk perusahaan startup dalam negeri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ya memang di startup kan dinamis ya, apalagi banyak di kita masih early stage. Jadi itu yang paling rawan. Nah, ini yang dalam proses di early stage ini yang paling krusial untuk mendapatkan pendampingan, inkubasi," kata Teten saat ditemui di Kemenkop UKM, Jakarta, Selasa (17/9/2024).

Melalui pendampingan tersebut, dia menyebut dapat mengetahui hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh perusahaan rintisan. Pihaknya pun telah melakukan pendampingan sekitar 700 perusahaan startup dalam negeri.

Selain itu, dia juga menyoroti sebagian besar perusahaan startup hanya berorientasi pada inovasi teknologi. Padahal penting untuk melihat bisnis apa yang dijalankan melalui teknologi tersebut, misalnya sektor pendidikan, peternakan, atau kesehatan.

"Sebenarnya ini kan kita mau melahirkan pebisnis baru, dengan bisnis baru. Teknologi itu mengikuti, jangan dilihat. Kadang-kadang kita bikin inovasi teknologi, bisnisnya apa sih? Bikin ini, bikin ini, bikin itu. Sebenarnya kan bisnisnya apa? Pendidikan, kesehatan, pertanian, atau apa. Nah, kalau kita, kalau kita bicara bisnisnya apa, itu potensi kita gede banget," jelas Teten.

Salah satu potensi bisnis yang besar di Indonesia yakni di sektor agrikultur. Menurutnya, potensi bisnis dan market di sektor tersebut.

Dia pun berharap ke depannya generasi muda yang ingin melahirkan startup baru dapat berdampak pada peningkatan produktivitas, efesiensi, hingga kualitas produk di sektor tertentu, seperti pertanian, manufaktur, kesehatan, hingga pelayanan.

"Tapi, yang kita harapkan sebenarnya penggunaan smart factory, AI, itu kan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kualitas produk kita. Apakah itu pertanian, apakah itu manufaktur, kesehatan, pelayanan, dan lain-lain. Nah, itu kan potensi besar. Misalnya, kita negara tropis itu potensial misalnya dikembangkan itu biotech. Kita butuh vaksin, butuh sel, disuruh kita macam-macam. Ya, karena baik untuk kesehatan manusia, atau mungkin untuk peternakan, pertanian. Ini kan nggak mengenal, winter tech kan nggak mengenal. Ini kebutuhan itu ada," tambahnya.

(hns/hns)

Read Entire Article