Kepala SKK Migas Pede RI 'Banjir' Gas di 2030

1 week ago 2
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Indonesia menargetkan pada 2030 bisa mencapai produksi gas bumi hingga 12 miliar kaki kubik atau billion cubic feet (BCF) per hari. Begitu juga dengan produksi minyak, yang ditargetkan tembus 1 juta barel per hari (MMBOPD) pada tahun yang sama.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto optimistis pada 2030 Indonesia akan 'banjir' produksi gas. Hal ini didorong atas proyek-proyek besar gas bumi yang saat ini tengah digeber pemerintah.

Dwi mengatakan, di Indonesia saat ini memiliki beberapa proyek migas raksasa, antara lain Geng North di kawasan Kalimantan Timur, Blok Masela di Maluku Tenggara Barta, serta Blok Andaman di Aceh

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita sangat yakin incline (meningkat) produksi gas akan sangat baik ke depan, dengan proyek-proyek besar seperti Geng North, Abadi masela, kemudian yang di Andaman itu kita yakin untuk pencapaian 2030-2031 12 billion cubic feet," kata Dwi dalam detikcom Leaders Forum 'Masa Depan Energi RI, Jaga Ketahanan demi Kedaulatan' di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Rabu (11/9/2024).

"Sehingga kita yakinkan bahwa sampai 2030-2035 Indonesia masih akan over supply excess di produksi gas," sambungnya.

Dwi mengatakan, saat ini produksi gas Indonesia sudah naik 20%. Menurutnya, angka tersebut bisa jauh lebih meningkat apabila infrastruktur telah terbangun sepenuhnya. Salah satu yang disorotinya adalah pembangunan pipa Cirebon Semarang (Cisem) yang sebelumnya sempat mangkrak. Proyek tersebut hingga saat ini masih dalam proses pembangunan.

"Kita Jawa Timur kelebihan 150 juta cubic feet per hari. Tapi nggak bisa mengalir karena dari Semarang ke Cirebon masih terputus," ujarnya

Dwi mengatakan, pemerintah akan membangun Pipa gas Dumai ke Sei Mangke (Dusem) sepanjang 555 km. Proyek ini akan dibangun dengan sumber pendanaan dari APBN dengan total investasi Rp 7,8 triliun.

Di sisi lain, pandangan berbeda disampaikannya untuk produksi minyak Indonesia. Saat ini produksinya masih mengalami penurunan. Karena itulah, ia pesimistik target 1 juta barel per hari pada 2030 bisa tercapai.

"Kalau kita bicara apakah target ini realistis, untuk 2030, tentu tidak," kata dia.

Meski demikian, dari waktu ke waktu, jumlah penurunannya terus mengalami perbaikan. Menurutnya, secara akumulasi apabila dijumlahkan antara produksi gas dan minyak, keduanya telah mencatatkan kenaikan.

"Produksi minyak sebetulnya sudah 20 tahun lebih decline (menurun). Sekarang kita sedang mengurangi decline-nya dari 7%, 4%, kita sekarang tinggal 1%. Sehingga kalau kita gabung minyak gas sudah incline 1%," katanya.

(shc/ara)

Read Entire Article