Angka Golput saat Pilkada Serentak Tinggi, Pakar Hukum Ungkap Hal Ini

1 month ago 7
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Surabaya. Foto: Masruroh/Basra

Tingkat partisipasi rendah dalam Pilkada Serentak 2024 menjadi perhatian serius, terutama di Pilkada Jakarta yang mencatat angka golput tertinggi di Pulau Jawa.

Berdasarkan data quick count Litbang Kompas, angka golput di Jakarta mencapai 42,07%, dengan suara tidak sah sebesar 4,6% dan suara sah hanya 53,33%. Jakarta diikuti oleh Jawa Barat dengan golput sebesar 33,66%, Jawa Timur 30,15%, dan Jawa Tengah 26,44%.

Samsul Arifin Pakar Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) mengatakan, dari hasil data tersebut menunjukkan bahwa meskipun Pulau Jawa merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia, tingkat partisipasi pemilih di beberapa provinsi utama di wilayah ini masih menjadi tantangan.

“Tingginya angka golput dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya kepercayaan terhadap proses politik, kendala teknis dalam pemungutan suara, hingga kurangnya informasi yang diterima oleh pemilih terkait pentingnya partisipasi dalam pemilu,” ujar Ari dalam keterangannya, seperti dikutip Basra, Selasa (3/12).

Menurut Ari, sebagian masyarakat cenderung bersikap skeptis, bukan terhadap para calon yang berlaga dalam pemilu, tetapi terhadap proses pemilihan itu sendiri. Proses tersebut kerap dianggap jauh dari nilai-nilai kejujuran, transparansi, dan integritas.

“Dalam pandangan mereka, berbagai dugaan kecurangan, manipulasi, dan ketidakadilan dalam penyelenggaraan pemilu telah menciptakan persepsi negatif yang mendalam,” tegasnya.

Kata Ari, pandangan ini mencerminkan ketidakpercayaan yang signifikan terhadap sistem demokrasi, di mana idealnya suara rakyat menjadi penentu utama.

“Ketidakpercayaan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya keterbukaan dalam proses penghitungan suara, isu-isu terkait politik uang, atau intervensi kekuatan tertentu yang dianggap merusak independensi pemilu,” terang Ari.

Lebih lanjut Ari mengatakan, salah satu faktor utama yang memperparah rendahnya partisipasi pemilih adalah praktik politik uang. Fenomena ini telah menjadi masalah yang sangat sulit untuk diatasi karena telah mengakar dalam budaya politik di berbagai daerah.

“Politik uang tidak hanya menciptakan ketergantungan, tetapi juga merusak nilai-nilai demokrasi, di mana suara rakyat seharusnya menjadi murni dan bebas dari pengaruh materi,” katanya.

Kata Ari, masih banyak masyarakat yang akhirnya enggan datang ke tempat pemungutan suara (TPS) jika tidak ada iming-iming uang atau hadiah tertentu. Mereka merasa bahwa partisipasi mereka tidak berarti apa-apa tanpa adanya kompensasi langsung, sebuah mentalitas yang secara tidak langsung dibentuk oleh kebiasaan buruk para aktor politik yang menggunakan uang sebagai alat untuk membeli suara.

“Suara rakyat yang seharusnya menjadi instrumen demokrasi justru tereduksi menjadi sekadar komoditas yang bisa diperjualbelikan” tukasnya.

Fenomena ini memunculkan keprihatinan akan semakin menurunnya partisipasi publik dalam menentukan arah kebijakan negara, terutama di wilayah urban seperti Jakarta.

“Sehingga perlu dilakukan evaluasi menyeluruh, baik dari sisi teknis penyelenggaraan pemilu maupun pendekatan sosialisasi kepada masyarakat, agar tingkat partisipasi pemilih di masa mendatang dapat meningkat secara signifikan,” pungkasnya.

Read Entire Article